ADA APA INI..???.
Mulainya dari kabupaten
administratif Kepulauan Seribu, disana ada bunyi nyaring yang dilanltunkan oleh
orang yang tidak berwenang bersuara seperti itu. Artinya suara itu tidak
melegalisasi ucapannya sebagai suara yang perlu diikuti dan dipatuhi, namun
ternyata suara itu menjadi tsunami ditempat lain, berikut tsunami yang terjadi
:
1. Ketua
Umum Demokrat menemui petinggi negara mengingatkan akan adanya demo besar, yang
menuntut sumber suara itu diselidiki, disidik dan pemilik sumber suara dituntut
dimuka hukum. Kalau tidak diproses sesuai hukum “sampai lebaran kuda” pun
rakyat akan menuntut keadilan. Seumur umur baru kali ini, saya mendengar
istilah lebaran kuda, kenapa tidak lebaran tanggal 30 pebruari saja menjadi istilah yang lebih halus. Ini menurut
istilah saya lho.
2. Ketua
umum partai malahan difitnah ada dibalik demo besar itu, yang membuat lebih
runyam. tentu saja tidak terima difitnah begitu, bahkan dikait kaitkan dengan salah satu calon di pilkada DKI. Siapa yang memfitnah saya juga tidak ikuti.
3. Demo
besar umat islam memang terjadi yang dikenal dengan 411.artinya demo pada
tanggal 4 nopember. Yang diikuti oleh puluhan ribu massa,namun hebatnya demo
itu awalnya sampai akhirnya berlangsung tertib, toleran dan damai. Peran ulama kelihatan
disini. Namun setelah demo bubar, ternyata menimbulkan kerusuhan yang memakan
korban luka cukup banyak, mobil rusak dsb.
4. Akibat
adanya kerusuhan itu, presiden Jokowi melontarkan tuduhan dugaan demo
ditunggangi oleh aktor politik tertentu, tidak disebut siapa yang dimaksud. Presiden
juga bertanya tanya kenapa masalah lokal
menjadi bergeser ke wilayah kepresidenan. Ada yang menganalisa hal ini untuk
meruntuhkan kekuasaan presiden. Menurut
pendapat saya, urusanlah ini bukan masalah lokal, tetapi memang masalah pusat
juga, dasarnya adalah soal urusan ini menjadi salah satu urusan yang tidak
didelegasikan kepada pemerintah daerah, seperti diatur dalam undang undang
pemerintahan daerah yang berlaku sekarang ini.
5. Gerak
cepat Polri kemudian menahan elit organisasi massa tertentu yang pada waktu itu
terlihat dilapangan dan akan memeriksa ketua umumnya. Saya tidak mengikuti
apakah kelanjutannya seperti apa.
6. Presiden
kemudian bersafari kekesatuan TNI danPolri, serta para tokoh organisasi dan
para ulama untuk menyejukkan suasana,
dan secara nasional hal ini berhasil mendinginkan suasana secara nasional,
namun disuasana lokal masih adanya kegaduhan politik, karena memang bersamaan
dengan masa kampanye,seperti penolakan warga tertentu pada kampaqnyenya.
7. Salah
satu pasangan calon pilkada jakarta dibeberapa tempat ditolak orang yang
mengatasnamakan warga setempat sampai
sampai polisi menjadi bekerja keras menghalau warga yang menolak pasangan itu
untuk berkampanye.
8. Nilai
tukar rupiah pada hari itu sempat turun, sebelum akhirnya anjlok juga namun
bukan karena hingar bingar politik lokal yang panas. Menurut saya lebih karena
dampak terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat.
9. Penyanyi
Iwan Fals membuat polling tentang pilkada jakarta, namun ternyata yang sedang
dihajar habis habisan malah masih memiliki elektabilitas yang paling tinggi
diantara calon lainnya.
10. Polri
pada akhirnya mengalah dengan membuat terobosan hukum tentang gelar perkara
secara terbuka terbatas, yang saya kira belum pernah dilakukan. Dalam forum ILC
stasiun TV swasta, pakar pidana yang hadir malah tidak sependapat gelar terbuka
ini, karena menyalahi KUHAP. Kalau menyalahi KUHAP, menurut pendapat saya
berarti mengurangi kewenangan penyidik atau penyelidik polri. Namun pertimbangan
gelar terbuka sudah memenuhi intruksi presiden, cepat, tegas dan transparans. Menurut
saya urusan ini menjadi batu ujian kapolri, karena jika berbeda pendapat, akan berseberangan dengan fatwa MUI. apakah fatwa MUI mutlak benar?, wallahualam...
11. Dan
lain lain yang saling berkaitan..misalnya pedagang kecil hari itu kebagian
rezeki yang lebih baik...alhamdulillah.
Pertanyaannya, kalau ternyata apa
yang diucapkan di kepulauan seribu ternyata tidak berdampak hukum kepada
pengucapnya, sementara demo itu ditunggangi oknum tertentu, apakah rakyat masih
bisa diprovokasi?.selanjutnya jika
demikian apakah pihak lain yang sudah diketahui dan mengakui keliru
dalam mengunggah ke medsos menjadi tersangkanya?dan bagaimana kalau rakyat
jakarta ternyata masih cinta kepada ybs dalam pilkada DKI Jakarta, tetapi ybs
ternyata memang melangfar hukum?. Saya tidak mau mendahului Tuhan, tapi pasti
sudah dicatat Tuhan di Lauh mahfuz sana.
Jawabannya tunggu di pilkada jakarta pada Pebruari
2017. Sabar ya bro.....yang penting kita tidak ikutan, Cuma melihat dari
jauuuuuh...... sekali, dari pinggiran timur
jaklarta
No comments:
Post a Comment