Thursday, September 22, 2016

BLUNDEER CIKEAS ???



BLUNDER CIKEAS???.

Image result for aqgus harimurti dan sby

Hari ini jumat tanggal 23 September 2016, sudah saya pastikan bahwa pilkada DKI Jakarta akan dikuti tiga pasangan calon yang akan berebut DKI 1 dan 2. Calon cikeas, yaitu vcalon yang diusung 4 parpol, Demokrat, PKB, PPP,  dan PAN memunculkan calon yang katanya kejutan, yaitu putra mantan Presiden sebelum Jokowi sebagai calon DKI 1 dan birokrat DKI, yaitu Silviana Murni, deputi pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta, dengan seabrek pengalaman di pemprov DKI Jakarta. Calon lain dari gerindra-PKS, masih ditimbang timbang, namun beredar kaqbar akan mencalonkan mantan Menteri pendidikan yang diresuflle Jokowi yaitu Anies baswedan dan berpasangan dengan pengusaha Sandiaga Uno,
Kedua pasang calon tsb akan berebut dengan Ahok-Jarot yang diusung PDI-P, Golkar, Hanura dan Nasdem yang memiliki separuh jumlah kursi di DPRD DKI Jakarta. Ahok-Jarot yang merupakan in cumbent memiliki kinerja yang diakui masyarakat DKI sebagai berhasil, serta memiliki elktabilitas tinggi, apalagi wakilnya juga merupakan mantan walikota dan anggota DPR-RI, sama dengfan Ahok. Wakilnya merupakan ketu DPP PDI-P, parpol pemenang pemilu di Jakarta. Atas sederet prestasi dan latar belakangnya itu, saya yakin Pilkada DKI telah berakhir dengan diusungnya petahana oleh PDI-P, sebuah keputusan yang ditunggu oleh semua parpol. Setelah PDI-P mengambil keputusan itulah parpol lainnya segera mengerucutkan nama calon yang akan dimajukannya.
Entah terburu buru, ataukah memang tiada nya kader yang bisa diusung, ataukah karena isue mahar parpol, maka empat parpol berkumpul di Cikeas dan muncullah nama yang selama ini tidak terbersit dalam benak masyarakat pemilih di jakarta. Dia adalah anak sulung SBY, yaitu Agus Harimurti Yudoyono. Nama Yudoyono inilah yang seakan akan mau dijual kepublik jakarta. Memang Agus  adalah militer tulen, namun masih baru merangkak karier nya. Kita tahu bahwa Muspida Propinsi terdiri atas Kapolda, Panglima Kodam,Ketua Pengadilan dan kepala kejaksaan Tinggi,dibawah koordinasi seorang Gubernur. Apakah nantinya tidak kikuk, seorang gubernur berpangkat mayor mengkoordinir seorang mayor jenderaLdan Inspektur jenderal?.
Yang kedua, pengalaman adalah guru terbaik. Namun pada calon cikeas ini, boleh dikata tidak memiliki pengalaman pemerintahan, apalagi DKI yang memiliki anggaran luar biasa, apakah nantinya bisa mencegah maling maling anggaran yang begitu lapar di Jakarta?. Mungkin tugas  ini nantinya dipikul dipundak wakil gubernur, namun akan merepotkan apabila anggaran ini menjadi tugfas wakil gubernur, karena tanggungjawab ada pada gubernurnya.
Yang ketiga, terhadap calon itu sendiri, apabila gagal, bisa jadi akan mematahkan semangat tokoh muda yang masih harus berkembang, faktor psikis perlu diperhitungkan terhadap calon,karena masih memiliki masa depan yang panjang. Sebaiknya kalau mau dimajukan, tidak langsung sebagai gubernur jakarta, tetapi bisa diusung lebih dahulu sebagai Bupati atau Walikota dikota besar, seperti Surabaya, Semarang atau atau propinsi selain jakarta atau tempat lainnya yang parpol pimpinan bapaknya menguasai kursi di DPRD ybs. Sehingga menjadi pengalamannya bertambah di pemerintahan, disamping koordinasi dengan muspida tidak njomplang.   
 Aparat DKI Jakarta dikenal pintar pintar dalam mengelola anggaran, tetapi tidak sedikit yang berbau kiepentingan pribadi, sehingga korupsi tingkat kecil kecilan maupun besar besaran mudah terjadi, jika tidak diawasi dengan ketat.
Memimpin jakarta hampir sama dengan memimpin Indonesia, semua suku di Indonesia berada di Jakarta, jadi disamping memimpin memakai pikiran dan tindakan juga memakai mulut, harus berkaok kaok, seperti incumbent sekarang ini. Tidak bisa dengan gaya Jawa yang lemah lembut, atau gaya silent seperti gerilyawan menyerang musuh.  Memang berkaok kaok, ternyata perlu untuk memimpin jakarta, asal jujur, transparans, tidak korupsi dan peduli terhadap masalah rakyat jakarta.
Calon Gerindra juga anak muda tetapi lebih memiliki pengalaman, namun masih kalah jauh elektabilitasnya dibanding in cumbent. Apakah pilkada DKI Jakarta,bisa mencapai satu putaran?. Bisa saja, kalau mesin partai kencang bergerak kebawah. Dari segala segi, incumbent masih yang teratas,..demikian  bro...ulasan dan alanlisa pilkada DKI Jakarta yang sudah gegap gempita...nyoblos siapa bro???. Aku sih nyoblosnya yang didepan mata saja...he..he..he..

No comments:

Post a Comment