MUNGKINKAH PDI-P
MENGUSUNG DUA CALON
DALAM PILKADA DKI
JAKARTA?
Sebentar lagi pendaftaran calon gubernur
dan wakil gubernur
pada Pilkada DKI Jakarta akan dibuka pada tanggal 21 September 2016. Suasana panas
menjelang pilkada tsb memunculkan polemik dari satu ruang keruang lainnya, dan
yang menjadi sasaran umumnya Ahok, sang petahana. Ruang terakhir yang muncul
adalah khotbah tokoh nasional reformasi pada sholat Idul Adha di masjid
Sukapura di jakarta Utara.
PDI-P sebagai pemenang pemilu di jakarta yang memiliki 28
kursi, sampai saat ini diam seperti diamnya ketua umumnya, peribahasa diam
berarti emas, sering dibuktikan pada pilkada pilkada sebelumnya.
Mungkinkah sikap diam ini akibat berpikir keras, sebagai
bentuk kebimbangan menyikapi silang pendapat ditubuh partai itu diantara
petinggi partainya, ada yang alergi dengan petahana tetapi ada juga yang
mendukung petahana, dua duanya relatip seimbang suaranya, dan sudah dibaca
publik. Walaupun mereka nantinya juga akan tunduk dengan keputusan ketua
umumnya.
Berbagai tokoh disandingkan diantara politisi yang dianggap berhasil,
seperti ahok-jarot, risma-jarot, risma- yoyok dll yang menambah semaraknya
pilkada DKI kali ini. Karena calon calon yang dimunculkan sudah termasuk calon
generasi berikutnya,yaitu generasi “Supersemar” yang lahir sekitar awal
pemerintahan presiden Soeharto.
Calon calon lainnya yang muncul dari parpol lain, seperti
Sandiaga Uno, seperti tertelan berita PDI-P. Dan calon yang sudah uzur hanyalah
Yusril, tetapi belum memiliki tunggangan parpol, walaupun kemungkinan bisa
diusung parpol yang belum memiliki calon. Yusril memiliki bobot untuk bertempur
melawan petahana, karena memiliki track record yang cukup memadai untuk
melawan petahana.
PDI-P yang ditunggu tunggu, baik oleh parpol lainnya
termasuk petahana, seakan akan pilkada DKI hanyalah pilkadanya PDI-P. Jadi siapapun
yang ditunjuk PDI-P dialah yang akan menjadi Gubernur DKI.
Oleh karena itu, PDI-P sedang menimbang nimbang,akankah mengikuti
hasil survey yang menempatkan ahok sebagai peringkat pertama
elektabilitasnya,ataukah menisbikan hasil survey dengan mengusung calon lainnya
seperti Jarot-Risma atau Risma-Jarot. Ataukah
mungkin PDI-P mengusung dua calon ahok-jarot dan jarot –risma sekaligus?;
Jika mungkin, maka jika ahok yang menang, maka PDI-P akan
berbagi kekuasaan dengan parpol pendukung ahok lainnya seperti golkar, hanura
dan nasdem.tapi jika Jarot-risma yang menang maka PDI-P akan menjadi pemegang
kekuasaan tunggal. Apa mungkin dalam sistem politik pilkada parpol
memasang dua kadernya maju???
Yang jawab tentunya para politisi...ya bro........aku ora melu melu....
No comments:
Post a Comment