Wednesday, November 9, 2016

BELAJAR DARI 411.



BELAJAR DARI 411.

 Hasil gambar untuk demo 4 november di jakarta
Peristiwa 411 atau 4 nopember 2016, membawa bangsa dalam keadaan rentan disintegrasi. NKRI yang sudah merupakan harga mati mulai digoyang dari dalam. Demo yang pada akhir kegiatannya menimbulkan rusuh, ditengarai penguasa telah ditunggangi oleh pelaku politik yang mengail di air keruh. Untungnya alat keamanan bertindak cepat sehingga bisa meredam kerusuhan itu, walaupun sempat menimbulkan korban mobil dibakar  dan luka luka, baik dari demonstran maupun aparat.
Demo itu bersamaan dengan mulai tahapan pilkada di Jakarta, sehingga mungkin ada keterkaitan dengan upaya menggusur salah satu calon melalui jalur hukum yang kebetulan menjadi permasalahan ketika sang calon berbicara soal akidah agama tertentu. Saya tidak membahas benar salahnya ucapan yang sudah dilakukan sang ncalon, karena  ucapan bisa diplintir plintir. Jangankan ucapan, video saja sekarang bisa diedit edit, karena kemajuan teknologi.
Saya hanya menyarankan agar :
1.       Pelaksanaan demontrasi sebaiknya waktunya diatur kembali, sebaiknya disesuaikan dengan jam kantor pemerintahan. Kalau jam kantor mulai jam 07.00 wib dan pulangnya jam 17.00 wib, maka demo sebaiknya juga mengikuti jam tsb. Hal ini agar memudahkan koordinasi dan pengamanan, juga pelayanan yang tidak melelahkan aparat.
2.       Ayat ayat agama baik muslim maupun non muslim tidak dibawa keranah politik. Ayat ayat agama semestinya hanya dikumandangkan diruang keagamaan, seperti majlis taklim, masjid, mushola, pengajian termasuk di gereja gereja, biara biara dsb. hal ini karena pemerintahan negara kita  bukan berdasarkan agama. Hukum yang dibuat juga bukan hukum agama. Jadi tidak perlu dicampur adukkan antara agama dan pemerintahan. Orang yang tidak berwenang bicara soal agama janganlah berbuat demikian, apalagi orang  muslim bicara soal kitab agama lain, orang agama lain bicara kitab suci orang muslim dsb. serahkan kepada ahli agama.
3.       Oleh karena agama tidak terlepas dari soal kemasyarakatan, maka sebaiknya pada setiap kunjungan pejabat politik pemerintahan (bupati/walikota/gubernur dsb) ke tengah masyarakat, menyertakan ahli agama sehingga ada waktu bagi ahli agama untuk memberikan pencerahan agama, yang berkaitan dengan kunjungan itu, serta mengawasi kemungkinan terjadinya peristiwa serupa di jakarta. Selama ini kunjungan pejabat ke masyarakat hanya menyangkut soal soal kemasyarakatan dan pemerintahan, tetapi membiarkan urusan keagamaan yang sebenarnya juga masuk dalam  urusan pemerintahan. Misalnya pada penyuluhan keluarga berencana kepada masyarakat, maka ahli agama bisa memberikan penjelasan keluarga berencana ditinjau dari aspek keagamaan, lengkap dengan dasar hukum agama yang dianutnya. Demikian juga misalnya soal pengadaan tanah yang selama ini menjadi hambatan krusial, agar dijelaskan soal agama dalam pengadaan tanah, sehingga pengadaan tanah bisa menjadi lebih lancar dsb. agama diharapkan bisa menyejukkan peristiwa yang terjadi dimasyarakat, maupun membuat sejuk peristiwa yang akan terjadi tsb.   
4.       Dalam kehidupan dunia ini, memang adabaik ada jelek, ada hitam ada putih; demikian pula dqlam agama, ada syaitan dan malaikat. Oleh karena itu pendidikan agama memang harus dimulai sejak dini. Bahwa pemerintah mulai membuat percontohan sekolah yang jam belajarnya ditambah sampai sore, sebaiknya lebih banyak diisi dengan landasan keagamaan. Anak sekolah lulus SD wajib bisa mengkhatamkan Al Qur’an, lulus SMP dan SMA bisa mengerti terjemah Al Qur’an, demikian pula dengan siswa yang beragama lain, bisa mengerti kitab sucinya. Orang orang yang sekarang sudah dewasa dan bisa membaca Al Qur’an dengan fasih, karena sewaktu sekolah dulu, juga belajar di Madrasah pada siang harinya, jadi sebenarnya hampir lima puluh prosen waktu belajarnya diisi dengan akidah keagamaan utamanya bisa membaca Al Qur’an dengan benar. Selama ini yang kita lihat, hanya sekolah seperti muhammadiyah, Al Azhar,dll yang konten keagamaannya benar benar mendapat porsdi lebih, semestinya sekolah umum juga demikian.
5.       Tempo hari, media sibuk memberitakan kantin kejujuran disekolah sekolah, tetapi kemudian senyap. Apakah dengan senyapnya berita itu, apakah senyap juga pelaksanaan kantin kejujuran itu? Wallahualam. Kantin kejujuran baru sebatas kegiatan sporadis, belum menjadi kegiatan massal disekolah sekolah. Kantin semacam ini bisa menjadi indikator mental para siswa disekolah. Pembangunan mental manusia memang harus dimulai sejak dini, agar nantinya  bisa kuat dikehidupan sesungguhnya dimasyarakat. Hendaknya pemerintah bisa membuat kantin kejujuran disetiap sekolah diseluruh Indonesia.
Demikian saran yang bisa saya sampaikan bro...entah kepada siapa, yang penting bisa sampai kepada yang berwenang. Soal diterima dan dilaksanakan itu urusan berikutnya bro....yang penting niat baik....trims.                                    

No comments:

Post a Comment