UNTUNG ADA KPK.

Berita hangat pagi ini adalah
berita duka dari kebon sirih, berkaitan dengan tertangkap tangannya oleh KPK
melalui operasi tangkap tangan (OTT) tokoh muda dari parpol yang merupakan tokoh yang digadang gadang
untuk menjadi cagub DKI Jakarta oleh partainya. Tokoh yang selama ini dikenal
kritis terhadap pemerintah DKI Jakarta, bergaya hidup mewah, seperti terpeleset
kulit pisang dan jatuh tanpa bisa diselamatkan lagi, termasuk oleh keluarganya
sendiri. Tamat sudah politisi muda yang santun ini. Menurut KPK telah menyita
uang 1.14 M, diantaranya 140 juta disita disebuah Mall di Jakarta Selatan. Uang
senilai itu eqivalen dengan gaji sekitar 350 bulan seorang pekerja di DKI,
kalau mengacu UMP DKI sebesar 3,1 juta/bulan. Maka sepatutnya ancaman
hukumannya ya 350 bulan atau 29 tahun 2 bulan, walaupun nanti vonisnya bisa
menjadi dibawah 10 tahun, tergantung pertimbangan hakim sebagai wakil Tuhan di
dunia, walaupun kita tahu juga ada oknum hakim yang memanfaatkannya sebazgai
wakil Tuhan itu.
Saya apresiasi KPK yang untuk
kesekian kalinya bisa menangkap aparat walaupun pimpinannya baru beralih
tangan. Memang benar kata Rhoma irama “ yang kaya semakin kaya yang miskin semakin
miskin”. Zaman memang sudah edan, kalau tidak ngedan ora kebagian. “tapi se
edan edannya orang lebih baik yang eling dan waspada” begitu pujangga Ronggo
Warsito berujar. Ternyata tokoh muda kita ini lupa dan tidak waspada. Lupa
kalau diatas langit masih ada langit, sehingga tidak waspada kalau KPK
mengintip intip, kapan bisa menyabet uang haram itu. Akhirnya ada gempa kecil
di Jakarta pagi ini. Seorang tokoh muda.ketua komisi lagi, dan bakal calon Gubernur
ibukota lagi...wah..wah. Untung ada KPK, artinya KPK bukan saja menyelamatkan
korupsinya, tetapi menyelamatkan Jakaarta dan warganya dari kemungki8nan buruk
yang bakal terjaqdi seandainya tokoh ini benar benar memimpin Jakarta suatu saat. Bukan sekedar milyard
rupiah yang diselamatkan tetapi trilyunan rupiah.
Oleh karena sering terjadi anggota
Dewan, baik daerah, Propinsi maupun Pusat menerima komisi suap maupun korupsi,
mungkin karena ada istilah Komisi di DPR/DPRD, sehingga sering terucap dan
diucapkan oleh anggota yang terhormat itu. Sehingga anggota dewan yang sering
mengucapkan kata “komisi” diterjemahkan salah oleh pihak lain, seakan minta
komisi. Jadi tuah komisi memang mendua. Oleh karena itu supaya budaya menerima
komisi tidak menyimpang, sebaiknya kata
komisi diganti dengan “Kamar”.tapi kata Kamar juga mengandung makna lain
sehingga bisa diartikan kamar tidur buat bobok bobok siang anggota dewan. Bisa
juga kamar berarti minuman yang memabukkan, sehingga bisa melupakan tugas
anggota yang buat perda atau undang undang. Karena pihak lain yang
berkepeentingan bisa menyuap pakai khamar. Jadi nama yang pas menurut saya bisa
“bidang” atau “divisi”. Kalau bidang bisa diartikan bidang tanah, jadi serba
salah mencari kata yang tepat dari bahasa Indonesia. Jafi kata Divisi lebih pas
kelihatannya, walaupun bukqan kata asli Indonesia. Maklumi saja, bukankah
bangsa ini suka dengan yang berbau luar negeri?. Padahal MEA barumulai jalan.
Kalau kepala Dishub tempo hari dimiskinkan oleh Pengadilan, apakah kasus
raperda reklamasi pantai utara Jakaarta ini juga bisa dimiskinkan pelakunya?.
Itu menjadi tugas KPK untuk membuktikannya nanti.
Apa yang bisa ditarik dari pelajaran
ini buat kita semua?
Kasus ini menarik karena
pelakunya merupakan tokoh muda yang berpotensi mengorbit ditingkat Nasional
(menurut prediksi saya). Yang kedua substansi suap menyangkut hal yang mendasar
bagi ibukota yaitu soal zonasi wilayah pesisir dan pulau pulau kecil di
jakarta. Yang ketiga menyangkut moment kejadian saat ini menyangkut pilkada DKI
Jakarta, dimana jalur perseorangan mulai mendapatkan porsinya, yang diisuekan
dengan deparpolisasi.
Ketiga hal diatas menarik karena
menyangkut mental anak muda yangcepat mendapat kekuasaan. Benar seperti kata
salah seorang presiden AS, untuk menguji mental seseorang maka berilah dia
kekuasaan. Sama halnya dengan anak muda Demokrat yang sekarang masuk bui, yang
tentunya sudah dipecat partainya. Benar juga program presidn Jokowi untuk merevolusi
mental bangsa ini, Cuma sayangnya bentuk realisasi untuk merevolusi mental ini
belum jelas seperti apa, apakah setiap hari polisi menjaga perempatan jalan dan
menilang pelanggaran lalu lintas,secara tegas tanpa pandang bulu dan tanpa
damai di pos polisi? Ataukah pegawai masuk dan pulanjg jam kerja tepat waktu
dengan ancaman potong gaji, ataukah setiap pegawai wajib mengisi buku harian
tugas tugasnya?..ah semua itubisa diatur bung... yang jelas semestinya
ketegasan presiden diikuti ketegasan menterinya, diikuti ketegasan dirjendnya,
direkturnya, kasubditnya sampai keanak buahnya.
Zonasi wilayah sangat penting
dalam pembangunan daerah, agar perkembangqan daerah kedepan tidak semrawut. Sekarang
saja sudah semrawut, apalagi zonasi dipermainkan untuk kepentingan konglomerat
lagi. Dengan kekeliruan menetapkan zonasi, bisa berakibat fatal, seperti
kemacetan lalu lintas, potensi pengeluaran belanja masyarakat menjadi lebih
tinggi, potensi banjir, dsb yangpada akhirnya merugikan uang pemerintah
trilyunan rupiah seperti yang saya sebut diatas.
Moment pilkada dengan suhu
politik di Jakarta yang semakin meninggi, dengan kasus anak muda ini akan
semakin mengibarkan teman ahok pada posisi yang amat menguntungkan. Masyarakat jakarta
semakin yakin akan memilih Ahok sebagai gubernurnya,walaupun dia kafir (baca
non muslim). Yang salah adalah pemilih muslimnya kenapa memilih sikafir. Ini menunjukkan
partai muslim belum mampu berbuat banyak untuk warga muslim di jakarta,
termasuk Indonesia pada umumnya. Benar kata sikafir adulah saya dengan program
yang dikehendaki warga jakarta,jangan dengan menyerang pribadi. Saya kira kita
setuju jika partai muslim mencari bibit bibit muda yang jiwa raganya seperti
Ahok ini. Kalau satu kota ada satu seperti Ahok, niscaya indonesia akan maju
dan rakyatnya sejahtera. Amin..
Kesimpulan dan saran :
1. KPK
menjadi contoh penegakan hukum di Indonesia, semestinya institusi penegak hukum
lainnya bekerja seperti KPK dan sinergi dengan KPK. Perlunya pembentukan KPK
disetiap propinsi di Indonesia, namun KPK KPK dipropinsi diawasi ketat oleh KPK, agar KPK tidak tercoreng namanya. .
2. revolusi mental sampai saat ini belum jelas
operasionalnya, perlu sosialisasi melalui televisi secara terus menerus.terutama
menyangkut kepentingan masyarakat luas seperti tertib berlalu lintas.
sosialisasi harus tegas dan tepat sasaran tidak perlu bahasa sinyal, misalnya
anda melanggar lampu merah dikenakan denda seratus ribu rupiah. anda berdamai,
polisinya dikenakan pasal suap dengan hukuman sekian tahun dsb. p4eringatan ini
harus dilakukan setiap hari agar dapat merasuk kehati masyarakat luas.
3. Parpol
yang baru mendapat musibah cobaan ini segera mencopot kadernya tanpa harus
menunggu keputusan pengadilan, karena sudah jelas terkena OTT, dan segera
mengisi penggantinya, agar masyarakat Jakarta tahu konsistensi partai ini. Serta
bisa berkontribusi tetap pada pembangunan jakarta.
4. Kesimpulan
dan saran lainnya saya serahkan kepada anda.
Akhirnya, nama komisi sebaiknya diganti dengannama lainnya, saya usulkan nama "Divisi" biar keren seperti divisi tempur di TNI......terima kasih.
Akhirnya, nama komisi sebaiknya diganti dengannama lainnya, saya usulkan nama "Divisi" biar keren seperti divisi tempur di TNI......terima kasih.
No comments:
Post a Comment