Monday, April 11, 2016

PERTARUHAN PARPOL DIPILKADA DKIJAKARTA



PERTARUHAN PARPOL DI PILKADA DKI JAKARTA 2017.

Pertama dalam sejarah Republik ini,seorang gubernur di jakarta  akan bertarung melalui jalur independen, yaitu jaluryang diusung oleh para relawan, bukan anggota partai politik. Hal demikian karena memang dimungkinkan dalam pilkada pasca reformasi, melalui undang undang pilkada.
Jalur independen muncul setelah beredar gosip gosip adanya biaya pilkda yang harus dikeluarkan calon peserta pilkada demikian besar, untuk menggerakkan mesin parpol, yang belum tentu menang. Hitung hitunganbiaya untuk di jakarta sudah pernah dihitung secarakasar oleh gubernur Ahok. Memang biaya mesinpartai yang besar menjadi batu sandungan calon yang memiliki kapabilitas dan integritas tetapi tidak memiliki materialitas yang cukup, terutama premium non spbu ini. Menurut  hitungan Ahok jika satu kelurahan memerlukan biaya 10 juta perbulan, maka di  DKI yang memiliki 267 kelurahan kalau tidak salah,maka uuntuk menggerakkan mesin partai selama 10 bulan sekitar 26 sampai 30 milyard uang, bukan kertas.
Calon petahana Ahok, demikian pede untuk mencalonkan  melalui jalur independen ini, dan menurut suara suara masyarakat DKI, prestasi gubernurnya diapresiasi cukup tinggi. Dari berbegai survey menunjukkan bahwa elektebilitas gubernur Ahok sangat tinggi, jauh meninggalkan lawan lawan yang berpotensi maju di pilkada DKI  Jakarta, praktis Ahok tidak memiliki pesaing yang seimbang.
Ahok memang telah membuat jakarta berubah kearah yang lebih baik, bisa sdilihat betapa tidak kampunya gubernur gubernur sebelumnya menata tanah Abang, kalijodo, waduk Pluit dan masih banyak lagi sederet prestasi, spetakuler termassuk sebentar lagi Luar Batang. Mereka yang disingkirkan Ahokternyata mau menerima tawaran masuk rumah susun, dan yang bukan penduduk jakarta terpaksa pulang kampung. Prestasi demi prestasi ini membuat lawan politiknya kesulitan mencari cara menjatuhkan Ahok. Yang paling gencar saat iniadalah melalui pembelian rumah sakit Sumber Waras di jkarta Barat. Saya tidak mengupas lebih dalam soal rumah sakit, biarlah penegak hukum yang berkompeten yang menelitinya.
Yang patut dicermati adalah jalur independent merupakan salah satu bentuk ancaman bagi parpol untuk mengoreksi diri, karena jalur perseorangan memang melihat calon yang diusung patut untuk diusung, dan tentu telah dibuktikan kinerjanya terhadap masyarakat luas. Saya sendiri merasakanjikamasuk Jakarta, lalu lintasnya tidak semacet seperti dulu. Banjir juga tidak separah dulu. Inovasi inovasi Ahok, sangat produktip memajukan masyarakat Jakarta, misalnya ada istilah Qlue yang merupakan alat/sarana nasyarakat untuk mengadu langsung kepada gubernurnya. Ada barter pembangunan bagi investor, jadi bukan uangnya yang masuk ke kas DKI tetapi kewajiban membangun, yang nilainya lebih besar jika disetor berupa uang kek kas DKI dll. Saya kira sebenarnya parpol ingin mengusung Ahok sebagai calon gubernurnya, tetapi mekanisme parpol lambat dan penuh birokrasi parpol. Nasdem telah mulai dengan mendukung Ahok yang disusuloleh Hanura.
Pilkada DKI bukan sekedar pertarungan antar calon gubernur tetapi pertarungan antara parpol dengan relawan independen, dan memiliki resiko terhadap parpol di Indonesia. Parpol memiliki mesin partai yang terstruktur, sedang relawan tidak memilikinya, tetapi memiliki rasa kebersamaan yang tinggi tanpa pamrih. Kita lihat saja apakh pilkada DKI bisa membuat KO parpol, ataukah Pilkada dki akan memunculkan gerakan perlawanan terhadap parpoldengan dibentuknya relawan independen di seluruh Indonesia. Parpol harus mewaspadai ini, jika ingin tetap eksis.   

No comments:

Post a Comment