PERTARUHAN PARPOL DI PILKADA DKI JAKARTA 2017.

Jalur independen muncul setelah
beredar gosip gosip adanya biaya pilkda yang harus dikeluarkan calon peserta
pilkada demikian besar, untuk menggerakkan mesin parpol, yang belum tentu
menang. Hitung hitunganbiaya untuk di jakarta sudah pernah dihitung secarakasar
oleh gubernur Ahok. Memang biaya mesinpartai yang besar menjadi batu sandungan
calon yang memiliki kapabilitas dan integritas tetapi tidak memiliki
materialitas yang cukup, terutama premium non spbu ini. Menurut hitungan Ahok jika satu kelurahan memerlukan
biaya 10 juta perbulan, maka di DKI yang
memiliki 267 kelurahan kalau tidak salah,maka uuntuk menggerakkan mesin partai
selama 10 bulan sekitar 26 sampai 30 milyard uang, bukan kertas.
Calon petahana Ahok, demikian
pede untuk mencalonkan melalui jalur
independen ini, dan menurut suara suara masyarakat DKI, prestasi gubernurnya
diapresiasi cukup tinggi. Dari berbegai survey menunjukkan bahwa elektebilitas
gubernur Ahok sangat tinggi, jauh meninggalkan lawan lawan yang berpotensi maju
di pilkada DKI Jakarta, praktis Ahok
tidak memiliki pesaing yang seimbang.
Ahok memang telah membuat jakarta
berubah kearah yang lebih baik, bisa sdilihat betapa tidak kampunya gubernur
gubernur sebelumnya menata tanah Abang, kalijodo, waduk Pluit dan masih banyak
lagi sederet prestasi, spetakuler termassuk sebentar lagi Luar Batang. Mereka
yang disingkirkan Ahokternyata mau menerima tawaran masuk rumah susun, dan yang
bukan penduduk jakarta terpaksa pulang kampung. Prestasi demi prestasi ini
membuat lawan politiknya kesulitan mencari cara menjatuhkan Ahok. Yang paling
gencar saat iniadalah melalui pembelian rumah sakit Sumber Waras di jkarta
Barat. Saya tidak mengupas lebih dalam soal rumah sakit, biarlah penegak hukum
yang berkompeten yang menelitinya.
Yang patut dicermati adalah jalur
independent merupakan salah satu bentuk ancaman bagi parpol untuk mengoreksi
diri, karena jalur perseorangan memang melihat calon yang diusung patut untuk
diusung, dan tentu telah dibuktikan kinerjanya terhadap masyarakat luas. Saya sendiri
merasakanjikamasuk Jakarta, lalu lintasnya tidak semacet seperti dulu. Banjir juga
tidak separah dulu. Inovasi inovasi Ahok, sangat produktip memajukan masyarakat
Jakarta, misalnya ada istilah Qlue yang merupakan alat/sarana nasyarakat untuk
mengadu langsung kepada gubernurnya. Ada barter pembangunan bagi investor, jadi
bukan uangnya yang masuk ke kas DKI tetapi kewajiban membangun, yang nilainya
lebih besar jika disetor berupa uang kek kas DKI dll. Saya kira sebenarnya
parpol ingin mengusung Ahok sebagai calon gubernurnya, tetapi mekanisme parpol
lambat dan penuh birokrasi parpol. Nasdem telah mulai dengan mendukung Ahok
yang disusuloleh Hanura.
Pilkada DKI bukan sekedar
pertarungan antar calon gubernur tetapi pertarungan antara parpol dengan
relawan independen, dan memiliki resiko terhadap parpol di Indonesia. Parpol memiliki
mesin partai yang terstruktur, sedang relawan tidak memilikinya, tetapi
memiliki rasa kebersamaan yang tinggi tanpa pamrih. Kita lihat saja apakh
pilkada DKI bisa membuat KO parpol, ataukah Pilkada dki akan memunculkan
gerakan perlawanan terhadap parpoldengan dibentuknya relawan independen di
seluruh Indonesia. Parpol harus mewaspadai ini, jika ingin tetap eksis.
No comments:
Post a Comment