Saturday, July 30, 2016

AHOK KESUSU??



Image result for kopi digelasAHOK KESUSU???.
Pilkada DKI semakin seru......
(sebuah analisa politik pinggir jalan)
Image result for ngobrol diwarung kopi
Langkah Basuki Tjahaya Purnama, menurut saya terlalu tergesa gesa, dengan mengumumkan pencalonannya melalui dukungan tiga partai politik dengan perolehan kursi 24 di DKI jakarta., sementara  jumlah kursi DPRD DKI jakarta yang diperebutkan pada pemilu 2014 yang lalu ada 106 kursi. Jadi baru  sekitar 23 %.artinya masih ada kemungkinan calon lain yang bisa bertanding dengsn dukungan parpol.

Berdasarkan penetapan KPUD DKI Jakarta, hasil pemilu 2014, jumlah suara sah tercatat sebanyak 4.537.227 suara. Jumlah kursi yang diperebutkan adalah 106 kursi di DPRD DKI yang berhasil diisi 10 partai politik.

Berikuti perolehan suara dan kursi 10 partai politik untuk DPRD DKI Jakarta, yang dikutip dari Metropolitika, 13 November 2014 sbb:

1. PDIP: 1.231.843 suara (28 kursi)
2. Gerindra: 592.568 suara (15 kursi)
3. PPP: 452.224 suara (10 kursi)
4. PKS: 424.400 suara (11 kursi)
5. Golkar: 376.221 suara (9 kursi)
6. Demokrat: 360.929 suara (10 kursi)
7. Hanura: 357.006 suara (10 kursi)
8. PKB: 260.159 suara (6 kursi)
9. NasDem: 206.117 suara (5 kursi)
10. PAN: 172.784 suara (2 kursi)
Menurut data BPS, sensus tahun 2010, jumlah penduduk DKI berjumlah 9.607.787 jiwa. 8.200.796 beragama Islam, sedang sisanya beragama non islam.  Apabila jumlah pemilih pada 2017 nanti ada 5 juta jiwa, maka dukungan KTP teman Ahok baru sekitar 20% dari jumlah pemilih yang menurut survey, jumlah pendukung data ktp sebagian besar merupakan pendukung PDI-P. Untuk diingat bahwa :

1.   Mesin parpol selain pendukung Ahok, belum bergerak.
2.   Perolehan suara parpol pendukung baru 24 kursi atau 23 %. Jadi masih terbuka kemungkinan parpol lain untuk meraih kursi DKI-I. Masih sangat terbuka.
Bagaimana cara agar kursi DKI-I bisa beralih tangan?? , ada faktor pendukung yang menjadi pendorongnya antara lain:

1.   Faktor ketua umum parpol, terutama Mega dan Prabowo. Yang partainya di DPRD DKI memperoleh total 43 kursi. Maka sinergi keduanya akan besar kemungkinan mengulang keberhasilan duet Jokowi-Basuki tahun 2012 yang lalu, apalagi kalau Demokrat ikut kedalamnya. Kemungkinan menang sangat besar.
2.   Koalisi partai Islam di DKI (PKS,PPP,PKB) bersama Demokrat yang memperoleh  37 kursi juga bisa mempengaruhi putaran kedua pilkada. Walaupun koalisi ini sulit diwujudkan.
Permasalahannya adalah :
1.   kinerja petahana sangat diaspresiasi masyarakat DKI Jakarta, termasuk inovasi inovasinya yang saya sebut brilyant. Seperti Qlue, Kontribusi pengembang diluar APBD, disamping dikenal jujur,tegas dsb yang memang dibutuhkan masyarakat saat ini.
2.   Sulit parpol sekarang memunculkan calon yang bisa menandingi kinerja petahana, karena calon yang ada belum menunjukkan program yang jelas. Sementara parpol hanya mencari calon tanpa membuatkan program yang bisa disosialisasikan kepada masyarakat. Sehingga petahana mendapatkan panggung yang luas.
3.   Koalisi parpol islam selama ini memang sulit bersatu, mengakibatkan cenderung menjadi partai gurem. Padahal potensi untuk meraih kursi sangat besar, karena pemilih beragama islam merupakan mayoritas di DKI Jakarta.

Langkah petahana saya katakan tergesa gesa, karena :
1.   Kedekatan hubungannya dengan ketua umum PDI-P semua sudah tahu, sangat dekat, apalagi ada sinyal Mega yang positip terhadap petahana. Rupanya jiwa kesabarannya kurang.
2.   Survey menunjukkan bahwa dukungan ktp teman Ahok, mayoritas adalah pendukung PDI-P. Bisa saja dukungan ini akan berubah setelah mesin partai bergerak. Pendukung PDI-P dikenal fanatik terhadap partainya. Bisa jadi ada perubahan nanti di bilik suara.
4.   Kader PDI-P sangat banyak yang menonjol dan siap ditugaskan oleh Mega untuk maju di pilkada DKI.
5.   Langkah Ahok yang tergesa gesa, kata orang tua “ bisa kuwalat” karena telah dibesarkan Mega, tetapi kemudian meninggalkannya. Ibarat malinkundang, tinggal meganya apakah legowo untuk mendukung nya ataukah menugaskan calon lain untuk melawannya.

Menurut hemat saya, Ahok semestinya tetap mengulur waktu deklarasi walaupun sudah ada tiga parpol yang mendukungnya, sembari menanti hasil lobynya kepada Mega, agar pilkada bisa cukup satu putaran saja. Sebagai barter dukungan tentu Wagub sekarang Jarot Syaiful Hidayat (mudah2an tidakj salah sebut) menjadi calon wagub.
Namun nasi sudah menjadi bubur....maka pilkada DKI akan menjadi seru.....pasti ada yang taruhan, siapa menang????. Tanya aja warga DKI jakarta...ya bro...



No comments:

Post a Comment