Pilkada DKI semakin seru......
(sebuah analisa politik pinggir jalan)
Langkah
Basuki Tjahaya Purnama, menurut saya terlalu tergesa gesa, dengan mengumumkan
pencalonannya melalui dukungan tiga partai politik dengan perolehan kursi 24 di
DKI jakarta., sementara jumlah kursi
DPRD DKI jakarta yang diperebutkan pada pemilu 2014 yang lalu ada 106 kursi.
Jadi baru sekitar 23 %.artinya masih ada
kemungkinan calon lain yang bisa bertanding dengsn dukungan parpol.
Berdasarkan penetapan
KPUD DKI Jakarta, hasil pemilu 2014, jumlah suara sah tercatat sebanyak
4.537.227 suara. Jumlah kursi yang diperebutkan adalah 106 kursi di DPRD DKI
yang berhasil diisi 10 partai politik.
Berikuti perolehan suara dan kursi 10 partai politik untuk DPRD DKI Jakarta, yang dikutip dari Metropolitika, 13 November 2014 sbb:
1. PDIP: 1.231.843 suara (28 kursi)
2. Gerindra: 592.568 suara (15 kursi)
3. PPP: 452.224 suara (10 kursi)
4. PKS: 424.400 suara (11 kursi)
5. Golkar: 376.221 suara (9 kursi)
6. Demokrat: 360.929 suara (10 kursi)
7. Hanura: 357.006 suara (10 kursi)
8. PKB: 260.159 suara (6 kursi)
9. NasDem: 206.117 suara (5 kursi)
10. PAN: 172.784 suara (2 kursi)
Berikuti perolehan suara dan kursi 10 partai politik untuk DPRD DKI Jakarta, yang dikutip dari Metropolitika, 13 November 2014 sbb:
1. PDIP: 1.231.843 suara (28 kursi)
2. Gerindra: 592.568 suara (15 kursi)
3. PPP: 452.224 suara (10 kursi)
4. PKS: 424.400 suara (11 kursi)
5. Golkar: 376.221 suara (9 kursi)
6. Demokrat: 360.929 suara (10 kursi)
7. Hanura: 357.006 suara (10 kursi)
8. PKB: 260.159 suara (6 kursi)
9. NasDem: 206.117 suara (5 kursi)
10. PAN: 172.784 suara (2 kursi)
Menurut data
BPS, sensus tahun 2010, jumlah penduduk DKI berjumlah 9.607.787 jiwa. 8.200.796
beragama Islam, sedang sisanya beragama non islam. Apabila jumlah pemilih pada 2017 nanti ada 5
juta jiwa, maka dukungan KTP teman Ahok baru sekitar 20% dari jumlah pemilih
yang menurut survey, jumlah pendukung data ktp sebagian besar merupakan
pendukung PDI-P. Untuk diingat bahwa :
1. Mesin parpol selain pendukung Ahok,
belum bergerak.
2. Perolehan suara parpol pendukung
baru 24 kursi atau 23 %. Jadi masih terbuka kemungkinan parpol lain untuk
meraih kursi DKI-I. Masih sangat terbuka.
Bagaimana cara
agar kursi DKI-I bisa beralih tangan?? , ada faktor pendukung yang menjadi
pendorongnya antara lain:
1. Faktor ketua umum parpol, terutama
Mega dan Prabowo. Yang partainya di DPRD DKI memperoleh total 43 kursi. Maka sinergi
keduanya akan besar kemungkinan mengulang keberhasilan duet Jokowi-Basuki tahun
2012 yang lalu, apalagi kalau Demokrat ikut kedalamnya. Kemungkinan menang sangat
besar.
2. Koalisi partai Islam di DKI (PKS,PPP,PKB)
bersama Demokrat yang memperoleh 37
kursi juga bisa mempengaruhi putaran kedua pilkada. Walaupun koalisi ini sulit
diwujudkan.
Permasalahannya
adalah :
1. kinerja petahana sangat diaspresiasi
masyarakat DKI Jakarta, termasuk inovasi inovasinya yang saya sebut brilyant. Seperti
Qlue, Kontribusi pengembang diluar APBD, disamping dikenal jujur,tegas dsb yang
memang dibutuhkan masyarakat saat ini.
2. Sulit parpol sekarang memunculkan
calon yang bisa menandingi kinerja petahana, karena calon yang ada belum
menunjukkan program yang jelas. Sementara parpol hanya mencari calon tanpa
membuatkan program yang bisa disosialisasikan kepada masyarakat. Sehingga petahana
mendapatkan panggung yang luas.
3. Koalisi parpol islam selama ini memang
sulit bersatu, mengakibatkan cenderung menjadi partai gurem. Padahal potensi
untuk meraih kursi sangat besar, karena pemilih beragama islam merupakan
mayoritas di DKI Jakarta.
Langkah petahana
saya katakan tergesa gesa, karena :
1. Kedekatan hubungannya dengan ketua
umum PDI-P semua sudah tahu, sangat dekat, apalagi ada sinyal Mega yang positip
terhadap petahana. Rupanya jiwa kesabarannya kurang.
2. Survey menunjukkan bahwa dukungan
ktp teman Ahok, mayoritas adalah pendukung PDI-P. Bisa saja dukungan ini akan
berubah setelah mesin partai bergerak. Pendukung PDI-P dikenal fanatik terhadap
partainya. Bisa jadi ada perubahan nanti di bilik suara.
4. Kader PDI-P sangat banyak yang menonjol
dan siap ditugaskan oleh Mega untuk maju di pilkada DKI.
5. Langkah Ahok yang tergesa gesa, kata
orang tua “ bisa kuwalat” karena telah dibesarkan Mega, tetapi kemudian
meninggalkannya. Ibarat malinkundang, tinggal meganya apakah legowo untuk mendukung
nya ataukah menugaskan calon lain untuk melawannya.
Menurut hemat
saya, Ahok semestinya tetap mengulur waktu deklarasi walaupun sudah ada tiga parpol
yang mendukungnya, sembari menanti hasil lobynya kepada Mega, agar pilkada bisa
cukup satu putaran saja. Sebagai barter dukungan tentu Wagub sekarang Jarot Syaiful
Hidayat (mudah2an tidakj salah sebut) menjadi calon wagub.
Namun nasi
sudah menjadi bubur....maka pilkada DKI akan menjadi seru.....pasti ada yang
taruhan, siapa menang????. Tanya aja warga DKI jakarta...ya bro...
No comments:
Post a Comment