PERSATUASN SEPAK BOLA
INDONESIA
SEBUAH HARAPAN UNTUK
BERPRESTASI.
PSSI melalui kongresnya di
Jakarta telah memilih ketua umumnya secara demokratis dan kondusif. Saya sampaikan
selamat kepada ketua umum yang baru. Kali ini tentara tampil untuk membenahi PSSI
yang selalu dirundung malang, sehingga prestasinya semakin melorot. Kalau zaman
dulu dengan tingkat kesejahteraan yang amat tidak memadai, Indonesia bisa
berbicara ditingkat internasional, seperti olimpiade Melbourne, Australia
dengan menahan imbang Rusia, tapi kini dengan kesejahteraan yang lebih baik
malah memiliki perestasi yang memprihatinkan. Para pengurusnya malah saling
main sendiri, sehingga yang diurus seperti ayam kehilangan induknya.
Mudah mudahan ditangan ketua umum
yang baru PSSI bisa berjaya di Asia, bukan hanya Asia tenggara saja. Kalau Martinus bisa diterbangkan ke Portugal oleh seorang Ronaldo, kenapa PSSI tidak
berinovasi, agar banyak anak muda yang memiliki talenta tinggi disepakbola.
Tempo hari saya berandai andai,
sekiranya setiap konglomerat di Indonesia memiliki anak asuh seorang pemain
sepak bola usia dini, misalnya usia 8-10 tahun yang sudah jelas bakatnya, dan
fisiknya, kemudian dilatih di luar negeri dengan biaya sang konglomerat itu,
maka sepuluh tahun kemudian Indonesia akan memiliki kesebelasan dunia. Yang untung
juga Indonesia dan uang konglomerat akan kembali ke koceknya. Kalau ada 100 konglomerat yang turun gunung,
maka ada 100 pemain yang siap berlaga sepuluh tahun kemudian. Saat ini Martinus
juga tidak ketahuan main dimana dan prestasinya seperti apa,apakah menjadi layu
sebelum berkembang?. Ronaldo hanya memancing konglomerat Indonesia, apakah mau
mengikuti jejaknya mengangkat anak asuh seperti dirinya.saya kira konglomerat
membiayai seorang anak asuh dibidang sepak bola tidak akan keberatan, demi
membangun Indonesia yang sejahtera, seperti keberhasilan tax amnesty, dimana rasa
cinta tanah air begitu antusias, saya menjadi terharu atas rasa naionalisme
yang tinggi dari para konglomerat dan orang kaya, yang mensukseskan tax amnesty
tsb.
Cara lain yang bisa mengangkat
citra sepakbola Indonesia, memilih anak anak Papua yang dari kecil sudah naik
turn gunung, sehingga telah memiliki mental dan fisik yang kuat, kemudian
dilatih intensip, dengan disiplin tinggi. Postur orang papua cukup ideal untuk
sepakbola yng memerlukan fisik kuat, tinggal memoles intelegensia, disiplin
kemiliteran, tekhnik main bola dengan sparing
partnert yang lebih bagus dan pemberian gizi yang cukup. Selama ini
sparing partner yang dilakukan PSSI sekelas dibawahnya, sehingga tidak siap
apabila menghadapi lawan yang setingkat diatasnya dalam suatu pertandingan. Mungkin
pemda Papua bisa bersinergi dengan perusahaan di papua, terutama Freeport agar
mau menjadi bapak asuh sepakbola Papua yang berkelas internasional, kalau Asia
Tenggara saja, tidak cukup. Walaupun tingkat Asean saja masih ngos ngosan...
Demikian saran saya bro...sedikit
sentilan sentilun untuk membangun kembali PSSI.
No comments:
Post a Comment